LEMBANG - Polusi cahaya di Indonesia sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Jika hal ini terus berlanjut maka anak cucu kita terancam tidak bisa melihat bintang di langit.
Kekhawatiran ini disampaikan oleh Direktur Observatorium Bosscha Taufiq Hidayat di sela kunjungan Microsoft ke Lembang, Bandung, Rabu (28/1/2009) kemarin.
"Jika beberapa tahun belakangan, kita jarang melihat bintang di langit Jakarta hal itu diakibatkan oleh polusi cahaya (Gler) yang sudah di ambang batas. Polusi cahaya bisa terjadi, salah satunya adalah karena penggunaan lampu berbahan merkuri yang sering digunakan," papar Taufiq.
Menurut dia, lampu berbahan merkuri mampu menyebabkan 70 persen pemborosan cahaya dan menyebabkan polusi. Salah satu pemakaian lampu merkuri yang berlebihan adalah seperti penggunaan pada billboard.
Untuk itu, Taufiq memberikan solusi agar masyarakat meninggalkan lampu bermerkuri dan menggantinya dengan lampu yang berwarna kuning redup atau tidak terlalu menyala terang. Namun indikasi polusi cahaya� yang lain bisa dilihat, dengan adanya sarang laba-laba. Menurut Taufiq, semakin banyak sarang laba-laba maka semakin bermerkuri cahaya yang ada karena laba-laba sangat menyukai tempat terang.
"Yang jelas, polusi cahaya yang ada di Indonesia sudah mengkhawatirkan, terutama pulau Jawa," tandas Taufiq. (srn)
Posted in
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment